By Brian
Boleh dibilang wajah aku nggak jelek amat, dan dalam hal pergaulan sehari-hari banyak gadis yang berusaha menarik perhatian aku, dan sebaliknya memang kadang ada cewek yang menarik buat aku dan jadilah kami berhubungan alias pacaran gitu. Namun seakan menjadi sebuah kutukan, tidak ada pacar aku yang bisa bertahan lama.
Meski aku agak sableng dalam kehidupan sehari-hari namun masalah wanita aku selalu serius dan menghormati mereka, setiap menjalin hubungan maka aku akan mengajak gadis itu datang kerumah aku, karena aku nggak suka backstreet (aduh sok tua nih) tapi apa daya sehabis berkunjung ke rumah aku pasti sang cewek mundur teratur, bukan karena rumah aku yang memang nggak menteren, tetapi karena melihat kakak aku, Kirana.
Kirana kakak kedua aku seorang gadis berumur 21 tahun sebenarnya ia cantik, dan sewaktu lahir sampai balita ia normal, namun saat berumur 6 tahun ia pernah mengalami kecelakaan tertabrak motor dan kepalanya terbentur keras, ia mengalami trauma benturan di otaknya, untung masih bisa selamat, namun sekarang ia memiliki kelainan yaitu tidak fokus dengan sesuatu, meski ia masih mengerti dan bisa menjawab pertanyaan kita namun jawabannya pasti ditambah kata-kata lain yang tidak berhubungan atau bahkan ia berbicara sesuatu yang nggak pernah terjadi, yah ia sering berbohong atau ngelantur dan parahnya setiap ada pembicaraan pasti selalu pingin ikutan gabung.
6 bulan yang lalu aku kenalan dengan Nitha gadis yang begitu sempurna dimataku, cantik, ramah dan pengertian, aku begitu menyukainya dan ketika ia ingin berkunjung ke rumah, aku persiapkan semuanya , aku pesan sama Rosha istri Bang Munir ardi "tolong ya kak, Kirana di karantina dulu jangan di biarkan berkeliaran atau kalau bisa di bawa aja ke rumah mertua kakak". Setelah Rosha menyanggupi barulah hati saya bisa tenang.
Nitha datang tepat jam 7 malam , kebetulan ibu duduk di teras depan jadi langsung dipersilahkan masuk. Aku sudah menunggu dengan Harajuku Style sambil sesekali ngelirik kedalam mudah-mudahan Kirana betulan nggak ada. Nitha datang dengan membawa buku , dalam hati aku ngumpat wah ini pacaran apa belajar kelompok sih. "Brian tolong dong, Bantu menyelesaikan PR TIK ini, kamu kan jago di bidang IT". "Oh PR TIK toh , iya deh aku bantu tapi cuma ngarahkan aja ya sisanya tetap kamu yang harus kerjakan".
Ketika Kami sedang asyik bekerja , tiba-tiba entah nyelonong darimana Kirana datang bahkan dengan minuman di tangan, aduh kepala aku rasanya mau pecah nih , langsung pusing tujuh keliling. " Ayo di minum dek". Aduh ia mulai berbicara pasti deh disambung dengan kata-kata lain. "Pacar baru ya dek, cantik ya, nggak seperti yang kemarin-kemarin, wah rajin lagi sampai bawa buku segala, eh iya namanya siapa kok nggak dikenalin sama kakak, nama saya Kirana, yang awet ya jangan sampai seperti 7 orang yang yang dulu-dulu paling cuma seminggu putus lagi", Aduh mak mulai deh kata-katanya bagaikan senapan mesin memberondong, dan yang terakhir itu ampun deh emangnya aku ini playboy bisa-bisa Nitha minta putus juga nih, aku segera bertindak, aku tarik tangannya masuk ke dapur , "kakak di sini saja ya, eh atau main tuh ama Najwa di kamar , rupanya Bang Munir Ardi lagi keluar nih ama Kak rosha pantas deh lupa ama tanggung jawabnya menjaga Kirana. Untunglah bujukan aku berhasil , Ia segera kekamar Najwa Anak Bang Munir ardi dan nonton bareng disana.
Aku segera ke depan tapi Nitha kelihatannya sudah hilang moodnya, semua bukunya udah dimasukkan ke tas dan wajahnya kelihatan aneh. "kak yang tadi itu kakak nya, aduh kok bisa nyerocos gitu ya , apa punya kelainan kak". aduh gimana nih mau jujur takut putus lagi, kalau bohong wah dosa deh. "anu, Nit yang tadi itu gadis tetangga, tuh rumahnya yang sebelah barat rumah ini".nampaknya Nitha nggak percaya, ia segera permisi pulang. Dan Benar aja 15 menit kemudian Nitha nelpon dan minta putus alasannya karena ternyata aku playboy sering gonta-ganti cewek , aku coba jelaskan masalahnya namun ia terlanjur menutup telepon, rasanya bumi seperti berputar, ini gara-gara Kirana , sejak saat itu aku benci dan muak lihat wajahnya.
Satu bulan berlalu dan aku tidak berani lagi menjalin hubungan dengan seorang gadis takut kecewa lagi tapi satu hal yang tetap bertahan aku benci banget kak Kirana, bahkan aku rasanya ingin dia menghilang dari dunia ini, kalau ada temen yang nanya dia itu siapa aku bilang aja tetangga atau pembantu aku pokoknya benci banget.
3 Bulan yang lalu kehidupan kami berubah ketika ayah akhirnya meninggal dunia, mau tak mau ibu harus bekerja menghidupi 3 orang anaknya yang belum bekerja termasuk aku, meski Bang Munir ardi membantu perekonomian keluarga kami namun sekedar membantu. Akhirnya ibu harus berjualan kue , berbagai macam kue, nagasari, bakwan dan pastel. Suatu hari ibu dengan sedih ngomong padaku “ nak mungkin cita-cita kamu untuk jadi polisi bakal nggak kesampaian, sekarang hidup kita susah, untuk biaya tiket ke Kendari rumah tante kamu saja susah , apalagi biaya lainnya, uang tabungan ibu pun sudah habis untuk biaya berobat ayahmu dulu. “Tidak apa bu’ saya akan coba cari kerja dulu setelah itu kita lihat bagaimana kelanjutannya. Tiba-tiba Kirana datang dan langsung menimpali “jangan khawatir dek, kamu belajar yang rajin aja, olahraga yang teratur ,saya akan bantu ibu untuk berjualan kebetulan saya tahu warung yang bisa dititipi kue dagangan kita”. Tumben kali ini omongannya benar.
Dan ternyata Kirana tidak berbohong saat aku masih tertidur pulas ia sudah bangun, rata-rata jam 3.00 subuh ibu dan Kirana sudah bangun , ia menggiling adonan sedang ibu menggoreng kuenya sampai jam 5.00 dan setelah pagi maka Kirana akan mengantarkan kue-kue itu ke warung-warung di sekitar kampung dan sore hari ia sendiri datang menjemput semua uang hasil penjualan kue itu, jika ia datang dengan uang banyak senang rasanya, tapi kalau penjualan lagi lesu, lesu pula hatiku . Demikianlah terus berjalan selama dua bulan lebih, meski ngelanturnya masih tetap dan suka ngomong sembarangan, tetapi pandangan aku terhadap Kirana sekarang berubah , aku jadi sangat menghormatinya.
Satu malam sebelum aku berangkat ibu , kak Kirana, Bang Munir Ardi dan Rosha Istrinya ,kumpul di ruang tamu, ibu memberi aku uang dalam amplop”, Nak Ini uang untuk ongkos kamu ke Kendari dan juga ada untuk bekal selama tinggal di sana, kamu berangkat saja dan bila nanti di sana ada keperluan tambahan telpon saja , kami akan berusaha untuk mengirim uang kepadamu, uang itu hasil jerih payah ibu dan Kirana yang tak kenal lelah , saya tahu kamu agak benci dengan kakak kamu ini karena ia punya kelainan, tapi lihat hasil jerih payahnya kita sudah bisa mengumpulkan tabungan selama 2 bulan ini, jadi saya harap kamu bisa mengubah pandangan kamu terhadapnya”. “ia bu saya sekarang sangat menghormati Kak Kirana. Lalu saya jabat tangan mereka satu persatu sambil meminta maaf mulai dari ibu, Bang Munir ardi dan kak Rosha istrinya, lalu Kirana sendiri aku peluk dia sambil nangis. Sekilas kulihat airmatapun menetes di sudut matanya.
Hari itu aku menumpang bis Nirmala, lalu naik Fery menyeberang ke Kendari untuk ikut seleksi Tes SECABA, hatiku sekarang plong, meski suatu hari aku menjalin hubungan dengan seseorang , maka ia harus bisa menerima keadaan kak Kirana dan aku akan menjelaskan kenapa dia bisa sampai seperti itu, kalaupun nggak mau nerima berarti no way, lebih baik kehilangan pacar daripada kehilangan kakak aku, dan jika seseorang bertanya siapa gadis itu aku akan mengatakan dengan bangga bahwa gadis itu Kirana kakakku
No comments:
Post a Comment